Philip Webb: Arsitek Visioner di Balik Gerakan Arts and Crafts yang Mengubah Wajah Arsitektur Inggris
i News Padang- Dalam sejarah arsitektur modern, nama Philip Webb sering disebut sebagai “Bapak Arsitektur Arts and Crafts”. Meskipun mungkin tidak setenar tokoh-tokoh seperti Frank Lloyd Wright atau Le Corbusier, peran Philip Webb sangat penting dalam merevolusi cara masyarakat memandang rumah, seni, dan fungsi bangunan.
Sebagai sosok utama di balik gerakan Arts and Crafts di Inggris pada abad ke-19, Webb membawa filosofi baru: bahwa rumah bukan sekadar tempat tinggal, melainkan cerminan nilai, etika kerja, dan keterampilan tangan manusia. Gaya arsitektur yang ia kembangkan menolak kemewahan berlebihan dari era Victoria dan menekankan keindahan dalam kesederhanaan serta harmoni dengan alam.

Baca Juga : Branch River Wisconsin dan Rhode Island, Dua Sungai dengan Cerita Berbeda
Awal Perjalanan dan Kolaborasi dengan William Morris
Philip Speakman Webb lahir pada tahun 1831 di Oxford, Inggris. Ia menempuh pendidikan arsitektur secara formal dan mendapatkan pelatihan profesional di bawah arsitek ternama George Edmund Street, salah satu penggagas kebangkitan gaya Gothic di Inggris.
Namun titik balik dalam kariernya terjadi saat ia bertemu dengan William Morris, penyair dan desainer yang kelak menjadi tokoh utama gerakan Arts and Crafts. Persahabatan dan kolaborasi mereka membuahkan karya arsitektur ikonik pertama Webb, yaitu Red House di Bexleyheath, yang dibangun pada tahun 1859.
Red House: Simbol Revolusi Estetika
Red House bukan hanya rumah pribadi untuk William Morris, tetapi juga simbol dari lahirnya gerakan baru dalam desain dan arsitektur. Dirancang oleh Philip Webb dengan semangat kebebasan, fungsionalitas, dan penghormatan terhadap bahan alami, rumah ini menolak ornamen palsu dan kemewahan buatan yang mendominasi arsitektur zaman itu.
Dengan dinding bata merah yang tidak diplester, atap curam, jendela-jendela kecil berpola asimetris, dan perabotan buatan tangan, Red House menjadi lambang perlawanan terhadap industrialisasi berlebihan. Bagi Webb dan Morris, rumah ini adalah pernyataan bahwa keindahan sejati lahir dari kerja tangan dan kejujuran dalam desain.
Filosofi Desain: Sederhana, Jujur, dan Berakar pada Alam
Webb percaya bahwa arsitektur harus mencerminkan karakter lokal dan budaya setempat. Ia sering menggunakan bahan-bahan lokal seperti batu alam, bata, dan kayu tanpa ornamen berlebihan. Garis desainnya sederhana, fungsional, dan disesuaikan dengan kebutuhan penghuni rumah.
Ia juga sangat menekankan pentingnya integrasi antara bangunan dan lingkungan sekitar. Dalam banyak karyanya, kita bisa melihat taman, pohon, dan bentuk bangunan yang seolah menyatu dengan lanskap alam. Hal ini sangat berbeda dengan gaya arsitektur kota pada masa itu yang cenderung kaku dan berorientasi pada simetri formal.
Karya dan Warisan Philip Webb
Meskipun tidak menghasilkan terlalu banyak bangunan, setiap karya Webb sangat berpengaruh. Selain Red House, beberapa karya terkenalnya antara lain:
-
Sandon House (1867) – Contoh bangunan dengan pengaruh kuat gaya vernacular Inggris.
-
Rounton Grange (1870s) – Rumah pedesaan yang menonjolkan fungsi, struktur jujur, dan elemen lokal.
-
Clouds House (1880-an) – Salah satu proyek terakhirnya yang juga melibatkan Morris & Co.
Philip Webb juga berperan penting dalam pendirian Society for the Protection of Ancient Buildings (SPAB) pada tahun 1877 bersama William Morris. Organisasi ini berdedikasi untuk pelestarian bangunan bersejarah tanpa merusak nilai aslinya, dan prinsip ini menjadi standar restorasi hingga kini.
Pengaruh Abadi dalam Dunia Arsitektur
Warisan Philip Webb tidak hanya tercermin dalam bangunan yang ia rancang, tetapi juga dalam filosofi yang ia tanamkan kepada generasi arsitek setelahnya. Gerakan Arts and Crafts yang ia bantu bangun telah menginspirasi lahirnya gerakan Art Nouveau di Eropa, hingga arsitektur Craftsman di Amerika Serikat.
Webb membuktikan bahwa bangunan bisa menjadi indah tanpa perlu mewah. Bahwa tangan manusia lebih berharga daripada mesin, dan bahwa rumah bisa menjadi karya seni yang hidup.
Penutup
Philip Webb wafat pada tahun 1915, namun jejak dan semangatnya terus hidup dalam dunia arsitektur dan desain. Di tengah era modern yang serba cepat dan penuh teknologi, prinsip Webb tentang kejujuran dalam desain, cinta terhadap kerajinan tangan, dan keharmonisan dengan alam terasa semakin relevan.
Kini, banyak arsitek, seniman, dan desainer interior yang kembali menengok ajaran Webb sebagai sumber inspirasi—menciptakan ruang yang tidak hanya fungsional, tetapi juga menyentuh sisi emosional dan spiritual penghuninya.